Berita

Info Kobar

Bidang Kaderisasi

bidpuan

segmen muda

Photo



Transkrip :

Bismillaahirrahmaanirraahiim

Alhamdulillaahillaadzi 'allafa bayna qulubina, wa ja'alana ikhwanal mutashodiqina amilina daa'ina mujahidiina fii sabilih.

Asyhadu illaha ilallaahu wahdahulaa syarikalaahu ... shidqin wa haq, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rasuluhu mad'uhu rahmatan lil 'alamiin.

Uhayyukum ... ikhwana wa akhwati jamii'an bi tahiyyatil kholidah, wa tahiyyatil Islami salaam.


Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Ikhwan dan akhwat sekalian yang saya cintai, saudara-saudaraku semuanya. Kalimat pertama yang ingin saya ucapkan, kepada wilayah pertama yang saya kunjungi setelah jadi presiden, cuma satu: saya mencintai antum semuanya.

[Allaahu akbar, gemuruh hadirin bertakbir]

Uhibbukum fillaah.

Dan itu adalah cinta tertinggi yang saya miliki kepada antum semuanya.

Saya juga ingin menyampaikan salam cinta, dari pemimpin kita, Ketua Majelis Syuro KH Hilmi Aminuddin kepada antum semuanya

Saya juga ingin menyampaikan salam cinta, dari saudara kita, Al-Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq [Allaahu akbar, gemuruh hadirin bertakbir] kepada antum semuanya.

Salam cinta inilah ikhwah sekalian, yang menyatukan kita semuanya. Dan atas nama cintalah kita semua terus menerus bergerak. Dan tidak akan pernah berhenti.

Ikhwan sekalian, tadi malam saya hampir tidak bisa tidur, karena saya benar-benar gelisah memikirkan, apakah yang harus saya katakan kepada saudara-saudaraku di Jawa Barat, yang sedang ada dalam sebuah medan tempur yang sengit, justru ketika kita mengalami cobaan besar.

Saya bertanya ke dalam diri saya sendiri, kalimat apakah yang ingin didengarkan oleh saudara-saudaraku di sana. Apakah yan mereka rasakan saat ini dan apa yang ingin mereka dengarkan dan apa yang bisa disampaikan kepada mereka ini?

Saya shalat dan setelah shalat saya duduk termenung dalam waktu yang lama. Sampai istri saya menyuruh saya untuk tidur. Tapi saya belum bisa tidur. Sampai akhirnya kutemukan, satu kata, darei warisan sejarah perjuangan bansga indonesia, yang paling tepat mewakili perasaan saya dan perasaan anrtum semuanya

Yatiu sebuah bait puisi dari Chairil Anwar

luka dan bisa kubawa berlari
berlari
hingga hilang pedih perih
aku masih mau hidup seribu tahun lagi


[Allaahu akbar, gemuruh hadirin bertakbir]

[Ustadz Anis Matta bertakbir hingga 4x disambut takbir hadirin]

Ikhwah sekalian, seandainya ada sebuah perumpamaan, bahwa kita adalah anak kecil yang sedang terjatuh ke dalam sumur, dan peristiwa ini direkam secara live dan ditonton oleh semua orang, maka saudara-saudara sekalian, yang harus kita pikirkan seandainya kita ada di dalam sumur itu hanya satu:

Jangan pikirkan apa yang dirasakan terlebih dahulu oleh orang lain, tapi pikirkanlah bagaimana cara keluar dari sumur itu.

Fokuslah ke dalam diri sendiri, temukan cara untuk segera memanjat dan keluar dari sumur itu, jangan terpaku untuk memikirkan apa yang dipikirkan oleh orang lain, jangan merasa malu, jangan merasa bersalah, jangan merasa tidak mampu, dan apalagi jangan merasa tidak berdaya.

Sebab musuh kita yang paling besar di dalam diri kita, yang akan menghentikan semua langkah kita, adalah perasaan tidak berdaya.

Itulah sebabnya setiap pagi Rasulullah saw menganjurkan kita berdoa: allahumma inni a'udzubika minal 'ajzi wal kasl.

Karena perasaan tidak berdaya itu akan mematikan seluruh langkah kita. Walaupun sebenarnya kita memiliki kekuatan untuk terus melangkah.

Tetapi ikhwah sekalian, kalau kita terus berusaha, bekerja keras, menemukan cara, untuk keluar dari sumur itu; percayalah, bahwa orang-orang yang menonton kita itu tidak memikirkan kenapa antum semuanya di dalam sumur, akan terlibat dengan antum semuanya, dengan saudara-saudara semuanya, karena satu hal, mereka terlibat merasakan perjuangan antum untuk keluar dari sumur itu.

[Allaahu akbar, gemuruh hadirin bertakbir]

Sebab jatuh di dalam sumur itu mungkin terjadi bagi semua orang. Dan masalahnya bukan apakah kita jatuh ke dalam sumur atau tidak, tetapi apakah kita punya kemampuan untuk keluar dari sumur itu. Kemampuan untuk keluar dari sumur itulah yang sekarang jadi tontonan publik di seluruh republik saat ini,

[Allaahu akbar, gemuruh hadirin bertakbir]

Dan kita harus memperlihatkan kepada bangsa Indonesia, bahwa kita adalah partai yang pandai belajar, bisa dengan bangga dan mengakui kesalahan, tetapi pada waktu yang sama juga tahu bagaimana merecovery perasaanya, merecovery pikirannya dan menemukan kembali ...

[Allaahu akbar, gemuruh hadirin bertakbir]

Ikhwah sekalian, Chairil Anwar mati muda. Tapi syairnya tidak mati. Tapi kita ikhwah sekalian, tidak akan mati muda. Kita akan hidup jauh lebih lama daripada yang kita bayangkan. Oleh karena itu ikhwah sekalian, kita harus selalu menemukan dari manakah sumber energi baru kita, begitu kita menghadapi cobaan itu.

Saya mengingat kembali khwah sekalian, ayat yang diturunkan kepada Nabi Yusuf begitu beliau berada di dalam sumur, ... ...

Dan kami wahyukan kepada Yusuf bahwa suatu saat kamu akan menceritakan kembali peristiwa ini kepada mereka, dan mereka tidak menyadarinya.

Itulah yang memberikan kesabaran yang luar biasa kepada Nabi Yusuf, dan kesabaran itulah yang membuat beliau menempuh hidup yang begitu panjang

Saya ingin bertanya kepada antum semuanya, berapakah lama anatara saat Nabi Yusuf berada di dalam sumur, atau saat beliau melihat mimpinya yang sebenarnya adalah visinya, bahwa suatu saat saudara-saudaranya akan bersujud kepadanya. Berapakah lama itu semuanya, sampai kemudian beliau memimpin Mesir dan kemudian saudara-saudaranya datang bersujud kepadanya? Tahu berapa lama?

Saudara-saudara, ada dua riwayat, riwayat pertama mengatakan 40 tahun, riwayat kedua mengatakan 80 tahun. Bahasa Indonesianya adalah, bahasa Indonesianya adalah delapan kali pemilu atau empat kali pemilu.

Marilah kita menemukan kembali sumber energi kita dengan mencari ilham pada sejarah perjuangan para nabi, tanpa perlu merasa kita ini orang suci. Mungkin sekali kita sial, mungkin.

Dan karena itu saya juga ingin mengingtkan lg kepada antum semuanya, peristiwa Uhud yang dialami oleh Rasululla SAW, 70 sahabat Rasulullah jadi korban sebagai syahid di situ. Dan itu bukan karena kehebatan musuh, tetapi karena keteledoran dari pasukan panah.

Tapi saudara-saudara sekalian, apakah Rasulullah memarahi pasukan panah yang telah menyebabkan jatuhnya korban 70 jiwa itu, termasuk di antaranya adalah pamannya sendiri dan duta Islam pertama yang ke Madinah yaitu Mushab bin Umair.

Apakah Rasulullah  memarahi mereka itu? Sama sekali tidak. Dan tahukan antum apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW setelah itu. Tiga hari setelah peristiwa Uhud itu, beliau langsung menggempur beberapa kabilah yang ada di sekitar Madinah, yang mulai berpikir bahwa pasukan Madinah sedang kalah dan pasti mereka kalah, pasti mereka lemah, pasti mereka tidak berdaya.

Tidak! Tidak! Rasulullah SAW tidak ingin menyebabkan, memberikan waktu kepada pikiran itu untuk berkembang, tidak ingin memberikan waktu kepada pikiran itu untuk berkembang di kabilah-kabilah itu dan kepada kabilah-kabilah yang lain.

Itulah sebabnya secepat kilat Rasululah saw segera menggempur kabilah-kabilah itu. Saya membayangkan, ikhwan sekalian, peristiwa tiga hari setelah Uhud itu, adalah peristiwa yang akan antum alami di Jawa Barat.

[Allaahu akbar, gemuruh hadirin bertakbir]

Sekali lagi, Rasulullah tidak pernah memarahi orang yang bersalah pada waktu kejadian itu terjadi, tidak pernah. Dan tidak satupun ayat Quran yang turun memarahi sahabat, enggak ada, tidak ada.

Oleh karena itu ikhwah sekalian, satu-satunya cara melupakan musibah, satu-satunya cara melupakan cobaan-cobaan besar, satu-satunya keluar dari ketertakanan itu adalah mengingat kembali satu rahmat Allah SWT bagi manusia, yaitu lupa. Lupakan. Ingat 3 hari setelah peristiwa Uhud.

Apa yang sudah terjadi, lupakan! Karena kita tidak punya waktu untuk mengasihani diri sendiri, apalagi meminta rasa kasihan dari orang lain. Kita tidak punya waktu, kita harus menjaga energi kita. Dengan cara melupakan seperti itu, kita tidak berarti tidak mengevaluasi apa yang telah terjadi, tetapi dengan cara melupakan, kita menghemat energi spiritual kita.

[Allaahu akbar, gemuruh hadirin bertakbir]

Jangan ada energi yang kita pakai untuk menyesali diri sendiri, apalagi meyalahkan sesama saudara, karena yang menggabungkan kita semuanya adalah atas nama cinta.

Boleh jadi ada di antara kita yang salah, tetapi persoalannya bukan dari situ. Kita adalah parpol pembelajar yang terus-menerus memperbaiki diri, dan tidak ada waktu untuk mengingat kesalahan itu, yang ada adalah waktu untuk memikirkan perbaikan-perbaikan baru yang harus kita lakukan. Itu sebabnya ikwah sekalian, kemarin, di depan seluruh pengurus DPP, saya mengatakan, bahwa peristiwa ini, harus memberikan kita semua, kesadaran baru, bahwa (Anis Matta berujar sambil menggerakkan tangan) perjalanan kita akan saperti ini (tangan kanan Anis Matta seperti menuliskan tanda checklist). Antum ingat huruf apa itu, naik naik naiki, naike, just do it. Ingat, sekarang waktunya kita naik.

[Allaahu akbar, gemuruh hadirin bertakbir]

Saya ulangi kembali, sekarang waktunya kita naik!

[Allaahu akbar, gemuruh hadirin bertakbir]

Apa yang sudah terjadi, terjadilah. Sekarang waktunya kita naik! Sekali lagi, sekarang waktunya kita naik!

[Anis Matta mengulangnya hingga 13 kali dengan intonasi kian meninggi, berturut-turut saling sahut dengan gemuruh takbir hadirin]

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. 

About Edu Themes

Website Resmi ini dikelola oleh Bidang Humas DPD Kobar.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top